– Pasar mata duit mata uang digital dan saham dunia sebagaimana diketahui baru saja mengalami gejolak besar. Kejadian ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan kebijakan ekonomi di Jepang dan kebijakan moneter di Amerika Serikat.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu penanammodal papan atas di kalangan Crypto Twitter (CT) dengan nama panggung “VirtualBacon“. Dalam postingannya, dia memberikan sekilas info mengenai penyebab dari guncangan dan tips kondusif untuk mengarungi pasar mata uang digital di tengah ketidakpastian pergerakan.
“Baru-baru ini, Bank Sentral Jepang (BoJ) memutuskan untuk meningkatkan suku kembang di atas 0 persen untuk pertama kalinya sejak 2008,” ungkap VirtualBacon.
VirtualBacon menyatakan, keputusan ini menyebabkan penutupan posisi investasi nan melibatkan pinjaman Yen Jepang untuk membeli aset asing nan lebih menguntungkan. Akibatnya, nilai Yen nan sebelumnya turun sekarang telah melonjak dan menyebabkan inflasi.
“Keputusan Jepang ini berakibat luas pada pasar global. Pasar saham di Taiwan, Korea dan Jepang mengalami penurunan tajam, dengan indeks Nikkei Jepang turun lebih dari 12 persen. Sementara di Amerika, Indeks S&P 500 dan NASDAQ juga terkena dampaknya, meski menunjukkan sedikit pemulihan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa situasi ini diperburuk oleh spekulasi tentang tindakan nan bakal diambil oleh The Fed di Amerika. Ada kemungkinan bahwa The Fed mungkin bakal menurunkan suku kembang untuk merespon situasi ini.
Baca Juga: Akankah Level di Bawah US$ 50.000 Jadi Petaka untuk Kripto?
Sementara di Amerika, VirtualBacon menjelaskan berasas info historis, The Fed hanya menurunkan suku kembang secara darurat selama krisis besar, seperti pandemi COVID-19 pada Maret 2020 dan krisis finansial pada 2008.
“Beberapa pengamat mengatakan bahwa The Fed mungkin bakal melakukan pemangkasan suku kembang sebelum pertemuan resmi mereka di bulan September. Bahkan sejumlah analis memperkirakan kemungkinan bakal ada 4 pemotongan suku kembang sebelum akhir tahun.” kata VirtualBacon.
Akibat dua negara tersebut, lanjutnya, pasar mata uang digital mengalami guncangan hebat. Bitcoin nan sebelumnya berada di kisaran level US$ 50.000 hingga US$ 55.000, sekarang berada di sekitar US$ 41.000 hingga 43.000. Selain itu, Ethereum nan harganya sempat menyentuh US$ 3.500 sekarang terperosok menjadi US$ 2.000.
“Dalam guncangan ini, sebaiknya kita berhati-hati dan menggunakan strategi dollar cost averaging (DCA) alias pembelian secara berjenjang untuk mengurangi resiko,” paparnya.
Kendati demikian, dia juga mengatakan bahwa pemotongan suku kembang bisa memicu kenaikan pasar. Dalam perihal ini, dirinya lebih percaya bahwa guncangan nan terjadi ini hanya sementara.
“Jangan sampai Anda panic selling. Sebaiknya hindari dulu penggunaan leverage nan berlebihan dan tetap berhati-hati,” pungkas VirtualBacon.
Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di bukan nasihat investasi alias saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata uang digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.
Muhammad Syofri
Trader Forex dan Bitcoin nan sudah bergulat di bagian trading dari tahun 2013. Sering menulis tulisan tentang blockchain, forex dan cryptocurrency.