Insiden POPCAT di Hyperliquid kembali mengingatkan pengguna bahawa platform perpetual terdesentralisasi mempunyai akibat nan sering tidak terlihat hingga kasus besar terjadi.
Dalam peristiwa nan berjalan sangat cepat, satu pelaku sukses memicu kerugian sekitar $4.9 juta pada vault likuiditas Hyperliquid hanya dengan memanfaatkan celah pada sistem posisi leverage dan likuiditas rendah.

Dampak kejadian ini tidak terbatas pada POPCAT saja kerana pola kejadiannya sangat menyerupai kasus JellyJelly nan sempat mengguncang platform beberapa bulan lalu.
Artikel ini membahas apa nan sebenarnya terjadi, gimana pelaku membangun skenario manipulasi harga, dan kenapa kejadian ini menunjukkan masalah mendasar dalam sistem perlindungan Hyperliquid.
Bagaimana Manipulasi Terjadi?
Kronologi kejadian POPCAT dimulai ketika seorang whale menarik sekitar $3 juta USDC dari bursa terpusat dan memecah biaya itu ke dalam nyaris dua puluh wallet.

Someone just passed $5M of bad debt on POPCAT to Hyperliquid’s Hyperliquidity Provider (HLP).
The perseorangan affected had withdrawn $3M this morning from OKX, and split it across 19 different accounts, all used to long POPCAT with ~5x leverage.
These 19 accounts were liquidated… pic.twitter.com/esqeKudqlf
Dari wallet tersebut, pelaku membuka posisi long POPCAT dalam jumlah nan sangat besar dengan memanfaatkan leverage.
Dengan modal $3 juta, nilai posisi totalnya mencapai sekitar $20 juta hingga $30 juta, dan seluruhnya tereksekusi sebagai posisi nyata.
Pada kondisi ini, pelaku sepenuhnya terekspos pada pergerakan nilai POPCAT, dan setiap penurunan nilai sedikit saja berpotensi mendekatkannya pada pemisah likuidasi.
Setelah posisi long tersebut terbuka, pelaku mulai menjalankan langkah kedua nan menjadi inti manipulasi, ialah menempatkan batas order buy wall dalam jumlah sangat besar pada nilai sekitar $0.21.
Limit order ini mempunyai nilai total sekitar $20 juta, jauh lebih besar dari modal sebenarnya nan dimiliki pelaku.
Limit order tersebut tidak pernah tereksekusi, namun keberadaannya menciptakan kesan kuat bahawa terdapat minat beli besar nan siap menahan nilai POPCAT agar tidak turun ke bawah titik itu.
Buy wall semacam ini memengaruhi perilaku trader lain dan sistem algoritmik seperti market makers nan menilai bahawa nilai POPCAT mempunyai fondasi nan kuat di area tersebut.
Keberadaan buy wall nan sangat besar itu membikin nilai POPCAT tampak stabil, apalagi sempat memicu kenaikan volume perdagangan kerana banyak pihak memandang adanya support kuat pada nilai tertentu.
Namun buy wall tersebut hanyalah sebuah sinyal palsu. Ketika pelaku membatalkan seluruh batas order itu dalam satu tindakan, support nilai menghilang secara mendadak.
Oleh lantaran buy wall nan sebelumnya terlihat kokoh itu tiba tiba lenyap, nilai POPCAT langsung turun dalam waktu sangat singkat.
Penurunan ini memicu likuidasi pada seluruh posisi long milik pelaku nan berjumlah sekitar $20 juta hingga $30 juta.
Dalam lingkungan pasar nan sangat tipis, sistem likuidasi tidak bisa menutup posisi pelaku pada nilai nan memadai untuk menutupi kerugiannya.
Margin sebesar $3 juta nan dipakai pelaku tidak cukup untuk menahan kerugian mendadak itu, sehingga selisih kerugian langsung dibebankan kepada vault HLP nan menjadi penyeimbang posisi para trader.
Inilah argumen utama kenapa Hyperliquid menanggung kerugian sekitar $4.9 juta melalui vault tersebut. Ketika kerugian melampaui margin, vault otomatis menjadi pihak nan bayar kekurangan nilai posisi.
POPCAT menjadi sasaran nan ideal bagi pelaku kerana token ini mempunyai kedalaman pasar nan tipis.
Meskipun mempunyai kapitalisasi pasar nan cukup besar, likuiditas di beberapa platform perdagangan tidak terlalu kuat sehingga perubahan besar dalam order book dapat menyebabkan pergerakan nilai nan ekstrem.
Dengan menempatkan buy wall besar nan tidak pernah dimaksudkan untuk tereksekusi, pelaku dapat mengatur suasana pasar secara sepihak tanpa betul benar menggunakan biaya nan sesuai dengan ukuran order tersebut.
Ketika buy wall menghilang, nilai jatuh bebas, dan seluruh rangkaian likuidasi terjadi dalam hitungan detik.
Di titik ini, tindakan pelaku tampak seperti sebuah strategi nan tidak mengutamakan keuntungan, tetapi justru sengaja dibuat untuk merusak stabilitas Hyperliquid.
Faktor seperti penggunaan banyak wallet, ukuran posisi nan jauh lebih besar dari margin sebenarnya, serta pembangunan dan penghapusan buy wall dalam satu rangkaian aktivitas mendukung konklusi bahawa kejadian ini lebih dekat ke arah serangan terkoordinasi dibanding percobaan jual beli biasa.
Beberapa analis on chain juga menemukan kesamaan pola wallet dengan pihak nan sebelumnya melakukan manipulasi token JellyJelly di platform nan sama.
Pola nan Sama Seperti JellyJelly
Insiden JellyJelly nan terjadi beberapa bulan lampau mempunyai pola nan sangat serupa dengan kejadian POPCAT, sehingga banyak pihak menilai bahawa Hyperliquid belum memperbaiki celah nan sudah terlihat sebelumnya.
Dalam kasus JellyJelly, pelaku juga membuka posisi besar pada token dengan likuiditas rendah, kemudian memanfaatkan pergerakan pasar nan tajam untuk memicu kerugian pada vault HLP.
Ketika nilai bergerak dengan langkah nan tidak dapat diikuti oleh sistem likuidasi, vault kembali menjadi pihak nan menanggung kerugian lantaran margin pelaku tidak cukup untuk menutup total nilai posisi.
Pola kesamaan nan paling terlihat adalah kebenaran bahawa kedua kejadian memanfaatkan aset nan tidak mempunyai kedalaman pasar nan memadai.
Pada aset seperti POPCAT alias JellyJelly, order book mudah dipengaruhi oleh perubahan drastis lantaran jumlah order nan mini di sekitar nilai tertentu.
Ketika pelaku menempatkan buy wall alias sell wall nan sangat besar, pasar merespons seolah olah order tersebut mencerminkan minat asli, padahal itu hanya sinyal nan sengaja diciptakan.
Ketika order besar itu dibatalkan, pasar langsung berubah secara ekstrem dan mengarah pada likuidasi berantai.
Selain itu, Hyperliquid mempunyai struktur nan membikin vault menjadi penyangga utama untuk menyeimbangkan posisi leverage para trader.
Sistem seperti ini bekerja dengan baik pada aset nan mempunyai likuiditas besar, namun bermasalah ketika diaplikasikan pada token niche dengan pasar nan dangkal.
Ketika pelaku membuka posisi berukuran besar pada aset semacam itu, vault otomatis menjadi pihak nan memikul akibat besar tanpa perlindungan memadai. Jika likuidasi kandas melangkah tepat waktu, vault menanggung kerugiannya.
Kelemahan lain nan terlihat adalah tidak adanya pembatasan ketat terhadap ukuran posisi nan bisa dibuka pada aset tertentu.
Dengan modal kecil, pelaku dapat mengendalikan posisi leverage berbobot puluhan juta dolar, sehingga membikin aset mini rentan terhadap manipulasi nan tidak memerlukan modal besar.
Sistem seperti ini membuka kesempatan bagi pihak nan tidak beriktikad berbisnis secara wajar untuk menyerang platform dengan menggunakan kombinasi leverage, multi wallet, dan manipulasi order book.
Insiden JellyJelly menjadi peringatan pertama bahawa sistem perlindungan Hyperliquid tidak cukup kuat untuk menangani skenario ekstrem. Namun kejadian POPCAT menunjukkan bahawa perbaikan nan semestinya dilakukan belum diselesaikan.
Dua kejadian berturut turut dengan pola nan nyaris sama mengindikasikan adanya masalah sistemik dalam penanganan risiko, terutama untuk aset dengan likuiditas rendah.
Kesimpulan
Insiden POPCAT memperlihatkan gimana satu pelaku dapat memanfaatkan likuiditas rendah, leverage besar, dan struktur vault untuk memicu kerugian signifikan pada platform terdesentralisasi seperti Hyperliquid.
Dengan pola nan sama seperti kasus JellyJelly, kejadian ini menyoroti kelemahan mendasar dalam sistem pembatasan posisi dan sistem likuidasi nan tidak bisa menangani pergerakan nilai ekstrem.
Hyperliquid perlu melakukan perbaikan menyeluruh agar manipulasi serupa tidak kembali terjadi, terutama pada aset nan tidak mempunyai kedalaman pasar memadai.

Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di bukan nasihat investasi alias saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata uang digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.
3 hari yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·