– Negara Rusia dilaporkan telah mengoleksi aset mata uang digital senilai lebih dari 2 triliun rubel, nan setara dengan US$ 25,4 miliar per Juni 2025. Informasi ini disampaikan langsung oleh CEO GIS Mining, Vasily Griya dalam gelaran St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025.
Namun, nomor besar ini bukan berasal dari penanammodal biasa. Menurut Girya, lonjakan tersebut didorong oleh permintaan besar-besaran dari perusahaan Rusia nan memesan perangkat tambang mata uang digital skala besar. Artinya, aliran biaya besar mengarah langsung ke prasarana tambang, bukan sekedar spekulasi token, melainkan pembangunan kekuatan komputasi jangka panjang.
SPIEF 2025: Panggung Narasi Global Rusia
Melansir dari cryptopolitan.com, forum SPIEF tahun ini berjalan dari 18–21 Juni di St. Petersburg, dengan tema “Nilai Bersama: Fondasi Pertumbuhan dalam Dunia Multipolar”.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, SPIEF tidak hanya bicara ekonomi. Forum ini juga menjadi platform strategis Rusia untuk menyuarakan posisi geopolitiknya di tengah ketegangan global. Beberapa sesi nan menonjol antara lain:
- SME Forum – konsentrasi pada UMKM dan wirausaha.
- Creative Industries Forum – panggung seni dan media digital.
- International Youth Economic Forum – memotret generasi muda dan pembangunan masa depan.
- Drug Security Forum and Roscongress Urban Hub – membahas rumor keamanan sosial dan pembangunan kota.
Program budaya dan olahraga pun turut mengisi agenda, seperti pagelaran Petersburg Seasons dan SPIEF Sport Games.
Baca Juga: Jika ETF Solana hingga DOGE Disetujui, Pasar Bisa Masuki Fase Bull Baru
Putin: Rusia Masih Tumbuh, Meski Dikepung Sanksi
Dalam sesi utama, Presiden Vladimir Putin menyampaikan bahwa ekonomi Rusia tetap berkembang meski dibatasi hukuman internasional. Ia menyatakan Rusia sekarang berada di posisi keempat bumi berasas PDB, dan menjadi ekonomi terbesar di Eropa.
“Rusia sudah berada di ranking keempat bumi dari segi produk domestik bruto. Dan nan pertama di Eropa. Ini nomor nan signifikan,” ungkap Putin di hadapan para delegasi.
Ketika ditanya soal potensi Perang Dunia baru, Putin menjawab dengan nada serius:
“Saya khawatir. Saya tidak bercanda. Potensi bentrok itu nyata dan sedang bertumbuh. Konflik tengah terjadi di depan mata kita,” ujarnya.
Zakharova: Target Utama Sanksi Barat Bukan Cuma Rusia, Tapi Uni Eropa
Sementara itu, Maria Zakharova nan merupakan ahli bicara Kementrian Luar Negeri Rusia, melontarkan kritik tajam terhadap Dunia Barat. Dalam salah satu panel SPIEF, dia menyebut bahwa tujuan utama dari tekanan ekonomi Barat bukan hanya Rusia, tapi juga Uni Eropa.
“Salah satu tujuan dari perang hybrid ini bukan hanya Rusia, tapi juga negara-negara Uni Eropa. Euro terlalu kuat, Dolar tidak. Mereka perlu melemahkan euro,” kata Zakharova.
Dalam perihal ini, dia pun juga menyoroti kemunduran negara-negara Eropa Barat dari segi ekonomi.
“Banyak negara Uni Eropa sekarang berada di periode resesi. Sementara Asia terus tumbuh. Barat tertinggal, dan mereka tidak bakal bisa mengejar,” pungkas Zakharova.
Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di bukan nasihat investasi alias saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata uang digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.