– Akun mata uang digital hasil peretasan sekarang diperdagangkan secara terbuka di pasar gelap daring dengan nilai nan relatif murah. Data terbaru menunjukkan bahwa satu akun mata uang digital rampasan rata-rata dijual seharga US$ 105, alias sekitar Rp 1,6 juta. Aktivitas terlarangan ini membikin akun mata uang digital rampasan sebagai komoditas berbobot tinggi dalam rantai pasok kejahatan siber global.
Temuan ini berasal dari laporan SecureList, platform riset keamanan milik Kapersky, nan memetakan gimana hasil data phising dikumpulkan, diproses dan akhirnya diperjualbelikan. Harga akun mata uang digital bervariasi cukup lebar, mulai dari sekitar US$ 60 hingga US$ 400, tergantung dari jenis akses dan likuiditas info nan sukses dicuri.

Menurut laporan tersebut, akun mata uang digital merupakan tahap awal dari rantai kejahatan nan lebih kompleks. Peretas biasanya menangkap info login alias info sensitif melalui situs phising, lampau memilih apakah info tersebut bakal langsung dimonetisasai alias disimpan terlebih dulu dalam pedoman info untuk digunakan di kemudian hari. Tujuan akhirnya sangat berjuntai pada nilai ekonomi dari info nan diperoleh.
Data hasil phishing umumnya keluar dari situs jebakan melalui tiga jalur utama. Pada metode lama, info korban dikirim melalui email menggunakan skrip server sederhana. Namun, pendekatan ini semakin ditinggalkan lantaran lambat, mudah diblokir penyedia layanan, dan tidak efisien dalam skala besar.
Sebagai gantinya, banyak pelaku sekarang memanfaatkan bot Telegram. Melalui integrasi API, info korban dapat dikirim secara instan ke kanal pribadi milik penyerang. Metode ini memberikan notifikasi real-time, lebih susah dilacak dan tidak terlalu berjuntai pada prasarana hosting tertentu. Telegram pun menjadi tulang punggung komunikasi bagi banyak operasi phising modern.
Baca Juga: Jika Awal 2025 Inves Besar di XRP, Rugi alias Untungkah Anda Sekarang?
Pelaku nan lebih terorganisasi menggunakan panel admin khusus. Panel ini berfaedah sebagai pusat kendali, mengumpulkan info korban ke dalam database nan dapat dipantau secara langsung. Sistem tersebut seringkali menampilkan statistik berasas waktu dan wilayah, melakukan pengecekan otomatis terhadap kredensial, serta menyediakan fitur ekspor info untuk dijual kembali alias digunakan dalam serangan lanjutan.
Nilai info mata uang digital terletak pada potensi akses langsung ke akses dana. Akun bursa, dompet kripto dan akun fiat on-ramp menjadi sasaran utama, lantaran memungkinkan pencairan cepat. Data dengan akses satu kali alias nan terhubung ke jasa finansial sering kali dijual secara real-time kepada pembeli nan siap mengeksekusi pencurian.
Data lain, seperti nomor telepon dan info pribadi, digunakan untuk serangan lanjutan. Nomor telepon dapat dimanfaatkan untuk penipuan SMS alias pembajakan autentikasi dua faktor, semetara info pribadi dipakai dalam rekayasa sosial. Dokumen identitas, rekaman suara, info wajah alias swafoto dengan arsip resmi mempunyai nilai lebih tinggi lantaran bisa digunakan untuk penipuan beresiko tinggi.
Jika tidak langsung dijual, info rampasan biasanya masuk jalur penjualan massal nan dikenal sebagai dump. Dalam skema ini, jutaan catatan hasil phising dikemas dalam arsip besar dan dijual ke perantara dengan nilai sangat murah, apalagi mulai dari US$ 50. Dari titik ini, info dapat beranjak tangan acapkali sebelum akhirnya digunakan untuk kejahatan finansial nan lebih besar.
Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di bukan nasihat investasi alias saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata uang digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.
9 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·