Harga Bitcoin turun ke sekitar $115,500 pada awal Agustus 2025 dan mencatat penurunan sekitar 2% dalam sepekan terakhir.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan dari banyak pelaku pasar, terutama lantaran penurunan ini terjadi berbarengan dengan berita bahwa pemerintah Amerika Serikat telah memulai penyimpanan persediaan Bitcoin nasional.
Sementara beberapa pihak menyambut baik langkah ini, pasar justru bergerak ke arah nan berlawanan. Apakah memang ada hubungannya? Dan apakah penurunan ini bakal terus berlanjut?
Amerika Serikat Mulai Simpan Bitcoin, Tapi Harga Malah Turun
Beberapa hari lalu, Gedung Putih secara resmi mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat sekarang mempunyai persediaan Bitcoin dalam jumlah besar, setelah membikin rencana di Maret 2025 melalui Donald Trump.
Bo Hines, kepala kebijakan aset digital di bawah pemerintahan Presiden Trump, menyatakan bahwa program ini sudah melangkah dan pengelolaannya sedang disiapkan. Meski tidak dijelaskan secara rinci, pernyataan ini cukup mengejutkan pasar.
Diperkirakan saat ini pemerintah AS menguasai sekitar 198,000 BTC dengan nilai lebih dari $23 miliar. Mayoritas Bitcoin tersebut berasal dari penyitaan hasil kejahatan siber dan aktivitas terlarangan lainnya.
Namun dalam pernyataan terbaru, Hines menegaskan bahwa Bitcoin dianggap sebagai aset nan “berkelas tersendiri” dan bakal menjadi bagian dari strategi jangka panjang pemerintah.
Langkah ini juga diiringi reformasi besar dari regulator di Amerika. SEC (Komisi Sekuritas dan Bursa) menyatakan bakal memperjelas patokan dan pengelompokkan token, serta mempercepat proses izin agar aset digital dapat lebih diterima di tingkat institusi.
Ketua SEC, Paul Atkins, menyebut ini sebagai kesempatan krusial untuk memperjelas batas norma nan selama ini membingungkan banyak pihak.
Secara logika, rencana pemerintah ini semestinya memberikan dorongan positif pada nilai Bitcoin.
Namun kenyataannya justru sebaliknya. Harga mengalami penurunan signifikan, dan ini bukan pertama kali perihal semacam ini terjadi.
Pasar mata uang digital memang punya karakter nan unik, ialah ketika ada berita bahwa lembaga besar seperti negara alias perusahaan mau membeli dalam jumlah besar, nilai justru condong turun.
Asumsinya, pelaku besar lebih suka membeli saat nilai murah. Oleh lantaran itu, mereka bisa saja memicu tindakan jual lebih dulu agar nilai turun, lampau melakukan pembelian besar secara bertahap.
Contoh paling sering disebut adalah MicroStrategy, nan saat membeli Bitcoin dalam jumlah besar, nilai justru mengalami koreksi. Tentu saja ini tetap asumsi. Namun, jika memandang pergerakan on-chain, ada kebenaran menarik.
Pada 25 Juli, sebuah alamat whale nan sebelumnya tidak aktif mentransfer 30,000 BTC ke bursa. Total pengedaran dalam beberapa minggu terakhir apalagi melampaui 80,000 BTC. Artinya, tekanan jual memang nyata dan sedang berlangsung.
Bersamaan dengan itu, volume pembelian melalui ETF Bitcoin juga melambat. Pekan ini, total aset ETF hanya tumbuh 1.1% dari $151,330,000,000 menjadi $151,490,000,000.
Padahal beberapa minggu lalu, pertumbuhannya mencapai nyaris 9%. Ini menandakan bahwa minat institusional sedang melemah, bukan menguat.
Dari sisi penanammodal ritel pun tampak tidak terlalu aktif. Laporan finansial Coinbase untuk kuartal kedua menunjukkan penurunan pendapatan perdagangan sebesar 39%.
Semua ini menjadi pertanda bahwa pelaku pasar mini alias perseorangan mulai mengurangi aktivitas, sehingga likuiditas di sisi beli pun makin tipis.
Distribusi Besar dan Tekanan Teknikal Bikin Harga Terjebak
Penurunan nilai Bitcoin kali ini tidak hanya terjadi lantaran berita dari pemerintah AS. Banyak info dari jaringan blockchain menunjukkan bahwa tekanan jual berasal dari pengedaran besar oleh pemilik aset lama.
Semua ini bisa dilihat dari info volume Bitcoin nan dikirim ke bursa, nan melonjak dalam waktu singkat.

Whale nan memindahkan 30,000 BTC ke bursa adalah sinyal nan cukup kuat bahwa pengedaran sedang berlangsung.
Total lebih dari 80,000 BTC masuk ke platform perdagangan, dan itu terjadi hanya dalam beberapa pekan. Ketika pasokan meningkat secara drastis sementara permintaan tidak mengimbangi, nilai pasti bakal mengalami penyesuaian ke bawah.
Selain itu, volume perdagangan Bitcoin dalam 24 jam naik 83% menjadi $820,000,000,000. Sayangnya, volume besar ini tidak menandakan pembelian. Sebaliknya, kebanyakan transaksi justru berasal dari tindakan jual.
Tekanan ini juga terlihat dari kondisi umum pasar. Dalam satu hari, lebih dari $530,000,000 posisi long dilikuidasi, dan $380,000,000 di antaranya berasal dari Bitcoin.
Artinya, banyak trader nan memegang posisi beli dengan leverage tinggi kudu terpaksa keluar lantaran nilai turun. Ini memperkuat pengaruh penurunan lantaran semakin banyak posisi ditutup paksa.
Secara teknikal, Bitcoin sekarang bergerak dalam rentang nilai sempit. Batas bawah ada di sekitar $115,000 dan pemisah atas di $120,000. Selama nilai belum keluar dari kisaran ini, arah pasar tetap belum jelas.
Grafik Harian BTCUSD

Namun, jika tekanan jual terus bersambung dan pemisah bawah ditembus, maka sasaran penurunan berikutnya ada di sekitar $111,000.
Formasi nilai saat ini memperlihatkan pola melemah. Beberapa parameter pasar umum menunjukkan tekanan nan belum mereda. Apalagi jika kita lihat info dari sisi jaringan, tekanan bukan hanya berasal dari investor, tapi juga dari penambang.
Hashrate jaringan Bitcoin sempat berfluktuasi antara 700 hingga 1,000 EH/s. Ini menyebabkan sistem protokol melakukan penyesuaian tingkat kesulitan penambangan sebanyak tujuh kali hanya dalam sebelas minggu terakhir.
Perkiraan berikutnya adalah penurunan kesulitan sebesar 4.97%, nan berfaedah jaringan sedang mencoba memberi ruang bagi penambang nan kesulitan mengikuti beban komputasi nan tinggi.
Namun, tidak semua info menunjukkan arah negatif. Ada pula tanda-tanda bahwa sebagian whale justru mulai mengakumulasi Bitcoin. Menurut info dari Santiment, sekitar 1% dari total persediaan BTC telah beranjak ke dompet whale dalam empat bulan terakhir.
Bahkan dalam dua hari terakhir, 30,000 BTC juga tercatat masuk ke dompet besar. Semua ini memberi pertanda bahwa meski nilai turun, beberapa pelaku besar justru memandang peluang.
Arah pasar ke depan sangat berjuntai pada apakah nilai bisa memperkuat di sekitar $115,000. Jika ya, dan jika permintaan dari ETF alias lembaga mulai meningkat lagi, maka kesempatan pemulihan bakal muncul.
Tapi jika tekanan terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan nilai bakal menuju $111,000 dalam waktu dekat.
Kesimpulan
Harga Bitcoin turun ke bawah $115,000 di saat pemerintah AS menyatakan telah menyimpan persediaan aset digital ini. Meski tampak kontradiktif, perihal ini tidak bisa dilepaskan dari pola pasar mata uang digital nan sering kali bergerak bertolak belakang dengan berita positif.
Distribusi besar oleh whale, volume jual tinggi, dan penurunan partisipasi dari lembaga dan penanammodal ritel membikin pasar berada dalam tekanan.
Meski begitu, tetap ada sinyal akumulasi dari pelaku besar. Situasi ini menunjukkan bahwa pasar sedang berada di persimpangan penting.
Investor sebaiknya tetap memantau volume ETF, pergerakan dompet besar, dan respons pasar terhadap kebijakan AS dalam beberapa minggu ke depan untuk menilai potensi arah berikutnya.
Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di bukan nasihat investasi alias saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata uang digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.