Bank Sentral Jepang Mulai Hawkish Lagi! Bagaimana Nasib Kripto?

Sedang Trending 11 jam yang lalu

Pandangan hawkish dari Bank of Japan (BoJ) kembali mengguncang pasar finansial global. Anggota majelis BoJ, Naoki Tamura, menyampaikan bahwa Jepang perlu meningkatkan suku kembang mendekati tingkat netral seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi. 

Sementara itu, pasar tetap menantikan kejelasan arah kebijakan dari Amerika Serikat nan juga berkedudukan besar terhadap arus modal global. Kombinasi dua aspek ini menciptakan ketidakpastian nan berpotensi meningkatkan volatilitas dan menekan aset berisiko seperti pasar kripto.

Kebijakan Hawkish Bank of Japan dan Dampaknya terhadap Likuiditas Global

Selama satu dasawarsa terakhir, BoJ dikenal sebagai bank sentral nan paling lenggang dalam kebijakannya. 

Suku kembang ultra rendah membikin penanammodal Jepang mencari kesempatan di luar negeri melalui strategi carry trade, meminjam yen dengan kembang rendah untuk diinvestasikan ke aset dengan imbal hasil lebih tinggi seperti saham, obligasi, dan kripto. 

Bank of Japan Board Member Tamura calls for raising rates as he sees increasing upside inflation risks, a view that’s consistent with his stance last month https://t.co/bHoOxxJAP0

— Bloomberg (@business) October 16, 2025

Namun, pernyataan hawkish dari Naoki Tamura menandai potensi perubahan besar dalam dinamika tersebut.

Tamura menyebut bahwa suku kembang Jepang saat ini, 0.5%, tetap jauh dari tingkat netral nan semestinya sekitar 1%. Menurutnya, inflasi nan terus melampaui sasaran 2% menandakan bahwa perekonomian Jepang sudah cukup kuat untuk menanggung kenaikan suku kembang lanjutan. 

Dengan kenaikan bertahap, BoJ mau menghindari akibat kudu meningkatkan suku kembang secara drastis di masa depan.

Langkah ini, jika betul-betul diambil, dapat mempersempit perbedaan suku kembang antara Jepang dan Amerika Serikat. Akibatnya, arus biaya dunia nan sebelumnya mengalir ke aset berisiko bisa berbalik arah ke Jepang. 

Investor nan selama ini memanfaatkan carry trade mungkin bakal mulai menarik dananya dari pasar global, termasuk dari kripto. Ketika arus modal keluar meningkat, likuiditas pasar mata uang digital bakal menurun dan nilai condong lebih mudah terkoreksi.

Situasi semakin kompleks dengan belum adanya kepastian dari The Federal Reserve mengenai waktu penurunan suku bunga. Jika The Fed tetap menahan kebijakannya sementara BoJ terus meningkatkan suku bunga, jarak antara dua kebijakan ini bakal semakin menyempit. 

Perubahan mini dalam ekspektasi pasar terhadap kedua bank sentral bisa memicu perubahan besar dalam nilai tukar yen dan dolar, nan pada akhirnya berakibat pada pasar finansial global, termasuk aset digital.

Selain itu, kebijakan hawkish BoJ juga dapat menjadi sinyal bahwa era likuiditas murah dunia sudah betul-betul berakhir. Investor institusional kemungkinan bakal meninjau kembali portofolio mereka, mengurangi eksposur pada aset berisiko, dan beranjak ke aset nan dianggap lebih stabil. 

Kondisi ini menjadi akibat tersendiri bagi kripto, nan tetap dianggap sebagai aset spekulatif dengan volatilitas tinggi.

Volatilitas Pasar Kripto di Tengah Ketidakpastian Global

Pasar mata uang digital selama ini diuntungkan oleh era suku kembang rendah nan menciptakan aliran biaya besar menuju aset berisiko. Namun, perubahan arah kebijakan moneter Jepang bisa menjadi pemicu baru meningkatnya volatilitas. 

Jika carry trade mulai dibongkar secara besar-besaran, maka tekanan jual pada aset berisiko kemungkinan bakal meningkat, dan mata uang digital tidak terkecuali.

Perubahan kebijakan BoJ dapat menciptakan pengaruh domino di pasar global. Saat penanammodal Jepang menarik biaya dari aset luar negeri, permintaan terhadap yen bakal meningkat, menyebabkan penguatan mata duit tersebut. 

Kondisi ini biasanya diikuti oleh penurunan nilai aset berisiko lantaran penanammodal dunia menyesuaikan eksposur mereka. Kripto nan sangat sensitif terhadap perubahan sentimen dunia kemungkinan bakal merespons dengan perubahan tajam.

Sementara itu, ketidakpastian kebijakan The Fed juga menjadi aspek nan memperburuk situasi. Jika bank sentral AS menunda pemangkasan suku bunga, pasar bakal tetap berada dalam kondisi waspada. 

Investor bakal condong menahan diri dan menghindari aset berisiko sampai arah kebijakan lebih jelas. Dalam konteks ini, mata uang digital bisa kehilangan sebagian permintaan jangka pendek lantaran penanammodal mencari perlindungan dari potensi koreksi.

Namun, volatilitas tidak selalu berfaedah perihal jelek bagi semua pihak. Bagi trader berpengalaman, kondisi ini bisa membuka kesempatan jangka pendek untuk memanfaatkan pergerakan nilai nan cepat. 

Peningkatan volume perdagangan di tengah ketidakpastian sering kali menciptakan kesempatan untuk meraih untung dari fluktuasi. Meski begitu, akibat tetap tinggi dan kesalahan langkah dapat berujung pada kerugian besar.

Dalam jangka menengah, perubahan kebijakan BoJ dapat menjadi ujian bagi daya tahan pasar mata uang digital terhadap tekanan makroekonomi. 

Apabila mata uang digital bisa mempertahankan minat penanammodal meski di tengah suku kembang tinggi dan likuiditas ketat, perihal ini dapat memperkuat posisinya sebagai kelas aset nan lebih matang. 

Namun, untuk saat ini, ketidakpastian tetap menjadi tema utama nan membikin pasar mata uang digital rawan terhadap koreksi mendadak.

Selain itu, penanammodal juga perlu memantau akibat kebijakan moneter terhadap dolar AS, lantaran pergerakan dolar sering kali berbanding terbalik dengan aset kripto. 

Jika dolar melemah akibat kebijakan The Fed nan longgar, mata uang digital berpotensi pulih. Sebaliknya, jika dolar tetap kuat lantaran penanammodal mencari aset aman, maka tekanan jual di pasar mata uang digital dapat bersambung lebih lama.

Perubahan arah carry trade juga dapat memengaruhi pasar stablecoin dan arus modal ke platform mata uang digital besar. 

Dengan meningkatnya volatilitas mata duit utama, penanammodal mungkin lebih berhati-hati dalam melakukan transfer lintas negara dan menjaga posisi mereka dalam corak stablecoin seperti USDT alias USDC. 

Meskipun perihal ini bisa memperkuat permintaan jangka pendek terhadap stablecoin, pasar mata uang digital secara keseluruhan tetap berisiko menghadapi tekanan jual nan lebih luas.

Kesimpulan

Pandangan hawkish dari Bank of Japan memberi sinyal bahwa fase baru kebijakan moneter dunia telah dimulai. 

Jika BoJ betul-betul melanjutkan kenaikan suku bunga, sementara The Fed belum menunjukkan kejelasan arah kebijakan, pasar mata uang digital berpotensi mengalami volatilitas tinggi dalam waktu dekat. 

Ketidakpastian seperti ini umumnya mendorong penanammodal untuk menahan diri dari aset berisiko, termasuk kripto, dan beranjak sementara ke aset nan lebih aman.

Meskipun volatilitas dapat menciptakan kesempatan jangka pendek bagi sebagian trader, akibat koreksi tetap tinggi jika ketidakpastian makroekonomi terus berlanjut. Oleh lantaran itu, kehati-hatian menjadi kunci utama bagi pelaku pasar saat ini. 

Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di bukan nasihat investasi alias saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata uang digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.

Selengkapnya
Sumber Crypto Harian
Crypto Harian