Seluruh bumi digital sempat terhenti pada Senin, 20 Oktober 2025, ketika Amazon Web Services (AWS) mengalami gangguan besar nan membikin ribuan aplikasi dan situs web tidak dapat diakses. Dari media sosial hingga jasa finansial digital, semuanya terguncang.
Bahkan prasarana mata uang digital seperti Coinbase, Base Network, dan MetaMask ikut terkena imbasnya. Walau jasa sekarang berangsur pulih, peristiwa ini kembali menyoroti sungguh rapuhnya ketergantungan internet dunia terhadap satu penyedia cloud raksasa.

Gangguan AWS dan Dugaan Penyebabnya
Gangguan ini berasal dari pusat info AWS di wilayah AS Timur (US-EAST-1), wilayah utama nan menopang banyak jasa global. Amazon mengonfirmasi bahwa masalah berasal dari kesalahan pada sistem internal nan memantau lampau lintas jaringan.
BREAKING: Amazon Web Services
A massive AWS outage early this morning sent major websites and apps down for several hours
Tracking site Downdetector has received over 8 million reports around the globe pic.twitter.com/Fgtzt2hW1x
Sistem tersebut kandas berfaedah dan menimbulkan pengaruh berantai nan mengacaukan konektivitas di beragam layanan. Dalam beberapa jam, dampaknya menyebar ke seluruh dunia, melumpuhkan beragam aplikasi terkenal seperti Snapchat, Reddit, Canva, dan apalagi sistem keamanan Ring.
Layanan finansial digital seperti Robinhood dan Coinbase menjadi salah satu korban utama. Pengguna di beragam wilayah melaporkan kesulitan masuk ke akun, menempatkan pesanan, dan apalagi sekadar memandang saldo mereka.

An AWS outage affecting Coinbase, Ethereum L2s, and other crypto projects raises an important question:
How decentralized are these systems, really? 🤔 pic.twitter.com/plOrWWGh72
Coinbase mengonfirmasi melalui akun X bahwa Base App, nan tetap dalam jenis beta, mengalami perubahan tampilan saldo, di mana beberapa aset sempat menunjukkan nomor nol.
Namun Coinbase menegaskan bahwa tidak ada biaya nan hilang. Menurut penjelasan resmi, gangguan tampilan itu terjadi lantaran info nilai koin nan belum diperdagangkan sebelumnya sekarang diperbarui agar mencerminkan nilai pasar sebenarnya.
Selain Coinbase, dompet mata uang digital seperti MetaMask juga terdampak lantaran ketergantungannya pada jasa pihak ketiga seperti Infura nan menggunakan AWS untuk mengambil info blockchain.
Akibatnya, banyak pengguna memandang saldo nol alias tidak bisa melakukan transaksi, padahal biaya mereka tetap kondusif di blockchain.
Hal ini membuktikan bahwa meski mata uang digital berkarakter terdesentralisasi di tingkat jaringan, lapisan aplikasinya tetap berjuntai pada prasarana terpusat seperti AWS.
Para master keamanan siber menegaskan bahwa kejadian ini bukan serangan siber, melainkan kesalahan internal alias human error.
AWS mengumumkan bahwa masalah utama telah “sepenuhnya diatasi” pada malam hari waktu setempat, meski beberapa jasa seperti AWS Lambda tetap mengalami gangguan mini dalam memproses permintaan jaringan.
Proses pemulihan nan lambat dan berjenjang dianggap normal pada kejadian sebesar ini, lantaran diperlukan sinkronisasi di ribuan server dan info center.
Namun, gangguan ini bukan nan pertama. AWS juga pernah tumbang pada April 2025 dan apalagi beberapa kali pada tahun-tahun sebelumnya. Setiap kali perihal serupa terjadi, obrolan tentang kebutuhan bakal prasarana cloud nan lebih terdesentralisasi kembali menguat.
Beberapa proyek seperti Vanar Chain, Internet Computer, Akash Network, dan Filecoin tengah berupaya menawarkan pengganti dengan sistem penyimpanan dan komputasi berbasis blockchain agar tidak ada satu titik kegagalan nan bisa melumpuhkan seluruh jaringan.
Dampak Pada Pasar Kripto
Gangguan AWS hari itu sempat memunculkan kepanikan di kalangan pengguna kripto, terutama mereka nan tidak bisa mengakses biaya di platform perdagangan. Meski begitu, akibat langsung pada nilai aset digital tidak sebesar nan dikhawatirkan.
Bitcoin justru sempat menguat di tengah kekacauan internet global, menunjukkan ketahanan sistem blockchain terhadap gangguan terpusat.
Grafik Harian BTCUSD

Berdasarkan info pasar, nilai Bitcoin sempat mendekati $110,000 sebelum mengalami tekanan jual ringan nan menurunkannya kembali ke sekitar $108,000.
Pergerakan ini menggambarkan dua hal. Pertama, gangguan pada jasa terpusat seperti AWS tidak langsung memengaruhi operasi blockchain nan berkarakter independen. Transaksi on-chain tetap berjalan, hanya saja akses pengguna melalui platform tertentu menjadi terhambat.
Kedua, penanammodal condong menilai peristiwa ini sebagai pengingat krusial tentang akibat ketergantungan pada penyedia prasarana tunggal.
Menariknya, akibat penurunan aktivitas jaringan akibat gangguan, biaya transaksi Ethereum sempat menyentuh titik terendah dalam beberapa bulan, di bawah 0.1 gwei.
Ini menjadi momen langka di mana biaya gas Ethereum nyaris nol lantaran menurunnya permintaan untuk pengiriman info ke jaringan. Para pengguna nan tetap bisa mengakses jaringan secara langsung justru menikmati transaksi dengan biaya sangat murah.
Namun, pengaruh domino tetap terasa di sektor lain. Volume transaksi di bursa terpusat menurun sesaat lantaran pengguna tidak dapat masuk alias melakukan perdagangan.
Platform seperti Robinhood, Coinbase, dan beberapa jasa DeFi nan berjuntai pada Infura mengalami jarak operasional. Meski demikian, sebagian besar biaya pengguna tetap kondusif lantaran gangguan ini tidak menyentuh sistem blockchain alias dompet non-kustodian.
Setelah jasa AWS mulai pulih, aktivitas perdagangan pun meningkat kembali. Volume harian di pasar mata uang digital dunia sempat menyentuh lebih dari $37 miliar, didorong oleh arus beli-balik penanammodal nan kembali aktif setelah kepastian keamanan biaya mereka.
Ethereum juga menunjukkan pemulihan sigap dengan kenaikan tipis sekitar 0.55% dalam 24 jam setelah pemulihan layanan.
Insiden ini memperkuat argumen bahwa industri mata uang digital memerlukan solusi prasarana nan lebih terdistribusi.
Para pelaku industri menilai inilah saatnya ekosistem beranjak ke sistem komputasi dan penyimpanan berbasis blockchain untuk mengurangi ketergantungan terhadap raksasa cloud seperti Amazon.
Dengan prasarana terdesentralisasi, gangguan pada satu titik tidak bakal menimbulkan pengaruh dunia nan merugikan jutaan pengguna.
Kesimpulan
Pemadaman besar AWS kali ini menunjukkan bahwa internet modern tetap rentan di tangan segelintir penyedia jasa cloud. Gangguan ini membikin sebagian besar bumi maya lumpuh sementara, termasuk platform mata uang digital besar seperti Coinbase dan MetaMask.
Meski pasar mata uang digital tetap stabil dan transaksi on-chain melangkah normal, peristiwa ini menjadi pengingat krusial bakal perlunya diversifikasi prasarana digital.
Dunia kripto, nan berakar pada prinsip desentralisasi, sekarang menghadapi tantangan untuk betul-betul mewujudkan perihal itu di semua lapisannya, bukan hanya di blockchain, tapi juga dalam langkah info dan aplikasi dioperasikan.

Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di bukan nasihat investasi alias saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata uang digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.
1 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·